Selasa, 02 Agustus 2011

Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Kista Ovarium Pre Operasi



 
BAB 1
PENDAHULUAN

A.   LATAR BELAKANG
Seiring meningkatnya ilmu pengetahuan di Indonesia, berkembang pula  upaya peningkatan pelayanan kesehatan terhadap wanita yang semakin membaik. Sarana dan prasarana di pelayanan kesehatan menunjang terdeteksinya penyakit wanita yang bermacam – macam, termasuk penyakit ginekologi. Berbagai macam penyakit sistem reproduksi memiliki efek negatif pada kualitas kehidupan wanita dan keluarganya dengan gejala salah satunya gangguan menstruasi seperti menarche yang lebih awal, periode menstruasi yang tidak teratur, siklus menstruasi yang pendek, paritas yang rendah, dan riwayat infertilitas. (Heffner dan Schust, 2005)

Gangguan menstruasi yang umum pada wanita biasanya terjadi dismenore atau nyeri saat haid. Dismenore atau menstruasi yang menimbulkan nyeri merupakan salah satu masalah ginekologi yang paling umum dialami wanita dari berbagai usia. Selain itu periode menstruasi yang tidak teratur dengan volume pengeluaran darah yang berlebih dapat mengakibatkan anemia. Anemia menyebabkan penurunan kapasitas darah untuk membawa oksigen. (Wiliams, 2001)


1
 
Nyeri yang berlebih pada saat haid juga dapat terjadi akibat adanya massa pada organ reproduksi seperti kista atau tumor. Kista adalah bentuk gangguan adanya pertumbuhan sel-sel otot polos yang abnormal. Pertumbuhan otot polos abnormal yang terjadi pada ovarium disebut kista ovarium.  Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus menstruasi. (Lowdermilk, dkk. 2005).
Insiden kista ovarium yaitu 7% dari populasi wanita dan 85% bersifat jinak (Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi 2006). Insiden sebenarnya dari kista ovarium di Indonesia tidak diketahui secara pasti, diperkirakan prevalensi dari kista ovarium sebesar 60% dari seluruh kasus gangguan ovarium. (Wiknjosastro, 2007)
Tabel 1 : Rekapitulasi Penyakit Ginekologi di Ruang Dahlia RSUD Kota Bekasi Pada Bulan Januari – Juni 2011
No.
Nama Penyakit
Jumlah
Persentasi
1
Kista ovarium
8
7,80%
2
Myoma uteri
36
34,95%
3
Menometrorhagia
34
33%
4
Ca. Cervik
7
6,79%
5
Kista bartolin
16
15,53%
6
Tumor vagina
2
1,93%

Jumlah
103
100%
Sumber : Rekam medis RSUD Kota Bekasi
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa di RSUD Kota Bekasi R. Dahlia (maternitas) telah ditemukan sebanyak 7,8 % atau 8 orang dari 103 klien dengan Kista ovarium pada periode Januari – Juni 2011. Klien dengan kista ovarium membutuhkan adanya tindakan keperawatan melalui tindakan kolaboratif dan independen dalam melaksanakan asuhan keperawatan dengan kista ovarium dan anemia. Berdasarkan pertimbangan diatas maka penulis tertarik membuat laporan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Ny. M dengan kista ovarium dan anemia di Ruang Dahlia RSUD Kota Bekasi tanggal 21 – 25 Juli 2011”.
B.     Tujuan Penulisan
1.      Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung dan komprehensif meliputi bio, psiko, social, dan spiritual pada klien kista ovarium dengan pendekatan proses keperawatan
2.      Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan keperawatan dengan kista ovarium diharapkan penulis mampu :
a.       Melakukan pengkajian secara komprehensif pada klien dengan kista ovarium.
b.      Menegakan diagnosa keperawatan pada klien dengan kista ovarium.
c.       Merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan kista ovarium.
d.      Melakukan tindakan keperawatan pada klien kista ovarium.
e.       Mengevaluasi asuhan keperawatan pada klien dengan kista ovarium
f.       Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan kista ovarium
g.  Menganalisis kesenjangan antara teori dan pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan kista ovarium.






  1. Metode Penulisan
    Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini adalah metode deskriptif berbentuk studi kasus melalui pendekatan proses keperawatan. Teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :
1.    Wawancara
Mengumpulkan data dengan melakukan komunikasi lisan yang didapat secara langsung dari klien maupun keluarga yang berhubungan dengan masalah kesehatan yang sedang dirasakan klien saat ini.
2.    Observasi
Mengamati keadaan klien dan respon klien untuk memperoleh data objektif
tentang masalah kesehatan dan masalah keperawatan.
3.      Pemeriksaan fisik
Memeriksa keadaan fisik klien secara sistematis dan menyeluruh dengan menggunakan teknik inspeksi, palpasi,  perkusi,  dan auskultasi
4.      Studi Dokumentasi
Membaca catatan keperawatan dan catatan medis yang berhubungan dengan klien, serta mendokumentasikan asuhan keperawatan selama klien ada di rumah sakit.
5.      Studi Kepustakaan
Mengumpulkan informasi dari bahan-bahan bacaan sebagai literatur yang relevan dengan kasus yang diambil sebagai bahan dalam pembuatan karya tulis.
  1. Sistematika penulisan
Sistematika penulisan terdiri dari IV BAB, yaitu : BAB I Pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan penulisan, metoda penulisan dan teknik pengumpulan data, serta sistematika penulisan. BAB II Tinjauan teoritis yang berisi konsep dasar kista ovarium : definisi,  anatomi fisiologi, patofisiologi, manajemen medik, dampak masalah terhadap perubahan struktur. Konsep dasar anemia : definisi,  patofisiologi, manajemen medik, dampak masalah terhadap perubahan struktur, dan konsep dasar asuhan keperawatan pada klien kista ovarium dengan anemia : pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. BAB III Tinjauan kasus dan pembahasan yang berisi, pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. BAB IV Penutup yang berisi, kesimpulan, rekomendasi.



 


BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.   KONSEP DASAR
1.      Kista Ovarium
a.       Pengertian
Kista adalah kantong berisi cairan yang dapat tumbuh dimana saja dengan  jenis yang bermacam-macam. Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada indung telur atau ovarium. (Lowdermilk, 2005)
Kista ovarium adalah rongga berbentuk kantong berisi cairan di dalam jaringan ovarium. Kista tersebut disebut juga kista fungsional karena terbentuk setelah telur dilepaskan sewaktu ovulasi. (Yatim, 2005)
Kista ovarium merupakan pertumbuhan sel jinak dari ovarium itu sendiri. (Burner, Suddart, 2003)
Kista ovarium merupakan tumor jinak berupa kantong abnormal berisi cairan atau setengah cair yang tumbuh dalam (indung telur) ovarium. (Kusuma, 2008)
Jadi kista ovarium adalah pertumbuhan sel jinak berupa kantong yang berisi cairan yang tumbuh pada ovarium.

b.      Anatomi Fisiologi Ovarium

6
 
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, dibawah dan di belakang tuba fallopii. Ovarium memiliki asal yang sama (homolog) dengan testis pada pria. Ukuran dan bentuk setiap ovarium menyerupai sebuah buah almond berukuran besar. Saat ovulasi ukuran ovarium dapat menjadi dua kali lipat untuk sementara. Ovarium yang berbentuk oval ini memiliki konsistensi yang padat dan sedikit kenyal. Sebelum menarke, permukaan ovarium licin.
Setelah maturitas seksual, luka parut akibat ovulasi dan ruptur folikel yang berulang membuat permukaan nodular menjadi kasar.
Dua fungsi ovarium ialah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi hormon (estrogen dan progesteron). Saat lahir, ovarium wanita normal mengandung sangat banyak ovum primordial (primitif). Diantara interval masa usia subur (umumnya setiap bulan), satu atau lebih ovum matur dan mengalami ovulasi. Ovarium juga merupakan tempat utama produksi hormon seks steroid (estrogen, progesteron, dan androgen) dalam jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan perkembangan dan fungsi wanita normal. (Lowdermilk, dkk, 2005)
Ovarium terdiri atas medula dan korteks. Medula merupakan bagian internal yang mengandung pembuluh limfe dan darah yang disangga oleh jaringan ikat. Korteks merupakan bagian eksternal mengandung folikel ovarium atau sel – sel telur yang terbenam dalam stroma. Ovarium tidak dibungkus oleh peritonium sejati. Sebaliknya ovarium mengandung bentuk peritonium yang sudah mengalami modifikasi, yaitu epitelium germinalis. (Farrer, 2001)
Gambar 2 : This figure shows the ovary, fallopian tube, and follicles (cysts) http://www.google.co.id/imgres?imgurl

c.       Etiologi
Kista ovarium disebabkan oleh gangguan (pembentukan) hormon pada hipotalamus, hipofisis, dan ovarium.
d.      Klasifikasi
Klasifikasi kista ovarium menurut Nugroho, 2010 adalah :
1)      Tipe kista normal
a.    Kista Fungsional
Kista Fungsional ini merupakan jenis kista ovarium yang paling banyak ditemukan. Kista ini berasal dari sel telur dan korpus luteum, terjadi bersamaan dengan siklus menstruasi yang normal. Kista fungsional akan tumbuh setiap bulan dan akan pecah pada masa subur, untuk melepaskan sel telur yang pada waktunya siap dibuahi oleh sperma. Setelah pecah, kista fungsional akan menjadi kista folikuler dan akan hilang saat menstruasi. Kista fungsional terdiri dari: kista folikel dan kista korpus luteum. Keduanya tidak mengganggu, tidak menimbulkan gejala dan dapat menghilang sendiri dalam waktu 6 – 8 minggu.
2)      Tipe Kista Abnormal
a)      Kistadenoma
Merupakan kista yang berasal dari bagian luar sel indung telur. Biasanya bersifat jinak, namun dapat membesar dan dapat menimbulkan nyeri.
b)      Kista coklat (endometrioma)
Merupakan endometrium yang tidak pada tempatnya. Disebut kista coklat karena berisi timbunan darah yang berwarna coklat kehitaman.
c)      Kista dermoid
Merupakan kista yang berisi berbagai jenis bagian tubuh seperti kulit, kuku, rambut, gigi dan lemak. Kista ini dapat ditemukan di kedua bagian indung telur. Biasanya berukuran kecil dan tidak menimbulkan gejala.
d)     Kista endometriosis
Merupakan kista yang terjadi karena ada bagian endometrium yang berada di luar rahim. Kista ini berkembang bersamaan dengan tumbuhnya lapisan endometrium setiap bulan sehingga menimbulkan nyeri hebat, terutama saat menstruasi dan infertilitas.
e)      Kista hemorhage
Merupakan kista fungsional yang disertai perdarahan sehingga menimbulkan nyeri di salah satu sisi perut bagian bawah.
f)       Kista lutein
Merupakan kista yang sering terjadi saat kehamilan. Kista lutein yang sesungguhnya, umumnya berasal dari korpus luteum haematoma.
g)      Kista polikistik ovarium
Merupakan kista yang terjadi karena kista tidak dapat pecah dan melepaskan sel telur secara kontinyu. Biasanya terjadi setiap bulan. Ovarium akan membesar karena bertumpuknya kista ini. Untuk kista polikistik ovarium yang menetap (persisten), operasi harus dilakukan untuk mengangkat kista tersebut agar tidak menimbulkan gangguan dan rasa sakit.
e.       Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis kista ovarium antara lain :
1)        Sering tanpa gejala.
2)        Nyeri saat menstruasi
3)        Nyeri di perut bagian bawah.
4)        Nyeri pada saat berhubungan badan.
5)        Nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai ke kaki.
6)        Terkadang disertai nyeri saat buang air kecil dan/atau buang air besar.
7)        Siklus menstruasi tidak teratur; bisa juga jumlah darah yang keluar banyak.
f.       Patofisiologi
Kista terdiri atas folikel – folikel praovulasi yang telah mengalami atresia (degenerasi). Pada wanita yang menderita ovarium polokistik, ovarium utuh dan FSH dan SH tetapi tidak terjadi ovulasi ovum. Kadar FSH dibawah normal sepanjang stadium folikular daur haid, sementara kadar LH lebih tinggi dari normal, tetapi tidak memperlihatkan lonjakan. Peningkatan LH yang terus menerus menimbulkan pembentukan androgen dan estrogen oleh folikel dan kelenjar adrenal. Folikel anovulasi berdegenerasi dan membentuk kista, yang menyebabkan terjadinya ovarium polikistik. (Corwin, 2002)
Kista bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang berdekatan dengan abdomen dan pelvis dan sel – sel yang menempatkan diri pada rongga abdomen dan pelvis. Penyebaran awal kanker ovarium dengan jalur intra peritonial dan limfatik muncul tanpa gejala atau tanda spesifik.
Gejala tidak pasti yang akan muncul seiring dengan waktu adalah perasaan berat pada pelvis. Sering berkemih dan disuria dan perubahan fungsi gastro intestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat kenyang dan konstipasi. Pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal vagina skunder akibat hiperplasia endometrium, bila tumor menghasilkan estrogen beberapa tumor menghasilkan testosteron dan menyebabkan virilisasi. (Price, Wilson, 2006)
Gambar 3 : Kista Ovarium
Kista nonneoplastik sering ditemukan, tetapi bukan masalah serius. Kista folikel dan luteal di ovarium sangat sering ditemukan sehingga hampir dianggap sebagai varian fisiologik. Kelainan yang tidak berbahaya ini berasal dari folikel graaf yang tidak ruptur atau pada  folikel yang sudah pecah dan segera menutup kembali. Kista demikian seringnya adalah multipel dan timbul langsung di bawah lapisan serosa yang menutupi ovarium, biasanya kecil, dengan diameter 1- 1,5 cm dan berisi cairan serosa yang bening, tetapi ada kalanya penimbunan cairan cukup banyak, sampai mencapai diameter 4 hingga 5 cm sehingga dapat di raba massa dan menimbulkan nyeri panggul. Jika kecil, kista ini dilapisi granulosa atau sel teka, tetapi seiring dengan penimbunan cairan timbul tekanan yang dapat menyebabkan atropi sel tersebut. Kadang – kadang kista ini pecah, menimbulkan perdarahan intraperitonium, dan gejala abdomen akut. (Robbins, 2007)
g.      Penatalaksanaan
1)      Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan bedah, misal laparatomi, kistektomi atau laparatomi salpingooforektomi.
2)      Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kista.
3)      Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen dengan satu pengecualian penurunan tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat. Hal ini dapat dicegah dengan memberikan gurita abdomen sebagai penyangga.
4)      Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien tentang pilihan pengobatan dan manajemen nyeri dengan analgetik / tindakan kenyamanan seperti kompres hangat pada abdomen atau teknik relaksasi napas dalam, informasikan tentang perubahan yang akan terjadi seperti tanda – tanda infeksi, perawatan insisi luka operasi. (Lowdermilk.dkk. 2005)
h.      Pemeriksaan penunjang
1)        Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat tumor itu.
2)        Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan dapat pula dibedakan antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
3)        Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya gigi dalam tumor.
4)        Parasintesis
Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites. Perlu diperhatikan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei dengan isi kista bila dinding kista tertusuk. (Nugroho, 2010)
i.        Komplikasi
Menurut Sjamsuhidajat, komplikasi yang biasa terjadi pada kista ovarium adalah asites atau gejala sindrom perut akut akibatnya putaran tangkai tumor atau gangguan peredaran darah karena penyebab lain.
Menurut Powell, komplikasi pada klien kista ovarium yaitu :
1)        Torsi
Putaran kista yang biasanya searah dengan jarum jam. Dapat berputar sedikit saja atau terjadi beberapa putaran. Gangguan perdaran darah yang disebabkan oleh torsi mengenai susunan vena sehingga kista berwarna kebiruan, dalam keadaan ekstrim arteri juga terjepit. Torsi kadang – kadang disertai rasa nyeri yang hebat dan terus menerus. Tetapi kadang – kadang pula nyeri itu hanya sebentar.
2)        Ruptur dari kista
Hal ini jarang terjadi tetapi dapat terjadi secara spontan atau oleh karena trauma. Pada keduanya disertai gejala sakit, enek dan muntah – muntah. Ruptur kista memberikan bahaya seperti penyebaran isi kista dalam ruang abdomen yang akan segera dibentuk cairan baru oleh sel – sel di peritonium, sehingga akhirnya menyebabkan kematian.
3)        Suppurasi dari kista
Peradangan kista dapat terjadi setelah torsi atau dapat pula berdiri sendiri, yaitu secara hematogen atau limfogen.
4)        Perubahan keganasan
Pada kistadenoma serosum, perbedaan histologis yang benigna dan maligna sukar ditentukan. Tetapi suatu hal yang nyata, bahwa pada jenis ini lebih sering jadi ganas, yaitu ± 25%.
2.         Anemia
a.      Pengertian
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002).
Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah atau masa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan. (Tarwoto, 2008)
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006).
Jadi anemia adalah keadaan dimana berkurangnya hemoglobin sel darah merah dalam sirkulasi darah sehingga tidak mampu membawa O2 keseluruh tubuh.
b.      Klasifikasi
1)      Klasifikasi anemia menurut Tarwoto, 2008 berdasarkan penyebabnya dapat dikelompokan menjadi tiga kategori yaitu :
a.       Hilangnya sel darah merah.
b.      Menurunnya produksi sel darah merah.
c.       Meningkatnya destruksi / kerusakan sel darah merah.
2)      Klasifikasi anemia menurut Price, 2006 berdasarkan morfologik dapat dikelompokan menjadi tiga kategori yaitu :
a)      Normokromik normositik, sel darah merah memiliki ukuran dan bentuk normal serta mengandung jumlah hemoglobin normal.
b)      Normokromik makrositik, memiliki sel darah merah lebih besar dari normal tetapi normokromik karena konsentrasi hemoglobin normal.
c)      Hipokromik mikrositik berarti sel kecil dan pewarnaan berkurang karena berasal dari hemoglobin yang kurang.
c.       Etiologi
Etiologi anemia pada kista ovarium menurut Howard & Pearson, 2008 adalah :
1)      Perdarahan
2)      Kekurangan dari folate atau cobalamin
3)      Anemia dengan inflamasi kronis
4)      Penghasilan erythropoietin rusak
5)      Rusak respon ke erythropoietin
6)      Infiltrasi tumor dari sumsum tulang.
d.      Tanda dan gejala
1)      Cepat lelah/ kelelahan hal ini terjadi karena simpanan oksigen dalam jaringan otot kurang sehingga metabolisme otot terganggu.
2)      Nyeri kepala dan pusing merupakan kompensasi dimana otak kekurangan oksigen, karena daya angkut hemoglobin berkurang.
3)      Kesulitan bernafas, terkadang sesak nafas merupakan gejala, dimana tubuh memerlukan lebih banyak lagi oksigen dengan cara kompensasi pernafasan lebih dipercepat.
4)      Palpitasi, dimana jantung berdenyut lebih cepat diikuti dengan peningkatan denyut nadi.
5)      Pucat pada muka, telapak tangan, kuku, membran mukosa mulut dan konjungtiva.
e.       Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sistem fagositik atau dalam sistem retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl) mengakibatkan ikterik pada sklera.



Perdarahan
 









 

Sumber : Tarwoto, 2008
f.       Manajemen Medis Secara Umum
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang, seperti :
1)      Transplantasi sel darah merah.
2)      Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3)      Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4)      Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen.
5)      Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6)      Diet tinggi zat besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
g.      Dampak anemia terhadap perubahan struktur atau pola fungsi sistem tubuh tertentu terhadap kebutuhan klien sebagai makhluk holistik.
Jantung berupaya mengompensasi kondisi ini dengan meningkatkan curah jantung. Upaya ini mementingkan kebebasan kerja jantung dan menekan fungsi ventrikular. Dengan demikian, anemia yang menyertai komplikasi lain (misalnya, preeklampsia) dapat mengakibatkan gagal jantung kongestif.
h.      Pemeriksaan diagnostik
Jenis pemeriksaan pada gangguan hematologi diantaranya :
1)      Hitung sel darah yaitu mengukur jumlah sel darah merah permilimeter kubik (mm3) darah. Tes ini untuk mendiagnostik anemia dan polisitemia. Normalnya tergantung umur dan jenis kelamin.
2)      Hemoglobin untuk menentukan nilai hemoglobin dalam darah per 100 ml darah. Tes ini untuk mendiagnostik anemia dan polisitemia.
3)      Hematokrit (Hct) untuk menentukan volume darah lengkap (sel darah merah). Tes ini untuk mendiagnostik anemia, polisitemia, status dehidrasi.
4)      Hitung sel darah putih /leukosit untuk mengukur jumlah sel darah putih dalam mililiter kubik (mm3) darah. Tes ini menentukan adanya insfeksi atau respon pasien terhadap pemberian kemoterapi atau terapi radiasi.
5)      Hitung trombosit adalah jumlah trombosit dalam 1 mm3 darah untuk menghitung nilai trombosit, berperan dalam pembekuan darah.
6)      Hitung retikulosit untuk mengukur respon sumsum tulang terhadap produksi sel darah merah.
7)      Test faktor pembekuan untuk mengetahui faktor penyebab gangguan perdarahan.
B.     Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Kista Ovarium Dan Anemia
Proses asuhan keperawatan berdasarkan pada standar praktek keperawatan menurut ANA (American Nurses Association) yaitu terdapat lima tahap proses keperawatan : (1) tahap pengkajian (2) tahap diagnosa keperawatan (3) intervensi keperawatan (4) tahap implementasi (5) tahap evaluasi. Adapun penjelasan proses keperawatan tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Data yang terkumpul dari pasien, pengkajian terdiri dari pengumpulan, pengelompokan data, analisa data dan perumusan diagnosa keperawatan.
a.      Pengumpulan Data
1)      Identitas
a.       Identitas Klien
Identitas klien meliputi nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku, status perkawinan, diagnosa medis, tanggal masuk, tanggal pengkajian, no medrek dan alamat.
b.      Identitas Penanggung jawab
Nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku dan alamat.
2)      Riwayat Kesehatan
a)      Keluhan Utama
Keluhan yang diungkapkan saat dilakukan pengkajian dengan menggunakan metode PQRST :
P : Provokatif atau paliatif yang menyebabkan nyeri dirasakan.
Q : Kualitas nyeri yang dirasakan, apakah tertusuk, kram, kaku, terjepit, atau tertekan.
R : Region, nyeri yang dirasakan mempengaruhi system tubuh atau tidak seperti nadi, tekanan darah, pernafasan, serta apakah mempengaruhi aktifitas selama perubahan posisi atau nyeri dirasakan menjalar ke area lain.
S : Saverity, nyeri dirasakan hebat. Menengah – sedang, atau sedikit, tentukan dengan menggunakan skala 0 – 10
T : Time, apakah nyeri secara khas terus – menerus, cepat hilang dan dirasakan menetap.
b)      Riwayat Kesehatan Sekarang
Perjalanan penyakit klien sebelum, selama perjalanan dan sesampainya di rumah sakit hingga saat dilakukan pengkajian. Tindakan yang dilakukan sebelumnya, dan pengobatan yang didapat setelah masuk rumah sakit.
c)      Riwayat Menstruasi
Kaji menarche, siklus menstruasi, banyaknya haid yang keluar, keteraturan menstruasi, lamanya, keluhan yang menyertai.
d)     Riwayat Obstetri
Kaji tanggal partus, umur hamil, jenis partus, tempat penolong, jenis kelamin bayi, berat dan panjang badan bayi, masalah yang terjadi saat hamil, lahir, nifas dan keadaan bayi yang dilahirkan.
e)      Riwayat Keluarga Berencana
Kaji penggunaan KB pada klien, jenis kontrasepsi yang digunakan, sejak kapan penggunaan alat kontrasepsi, adakah masalah yang terjadi dengan alat kontrasepsi.
f)       Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan penyakit yang pernah dialami dan berhubungan dengan sistem reproduksi, dan riwayat pengobatan klien.
g)      Riwayat pernikahan
Kaji usia pernikahan, lamanya pernikahan, dan pernikahan yang keberapa.
h)      Riwayat seksual
Kaji usia pertama kali klien melakukan hubungan seksual, frekuensi perminggu, respon pasca hubungan seksual : Nyeri / perdarahan / tidak ada keluhan.
i)        Riwayat kesehatan Keluarga
Riwayat kesehatan keluarga yang mempunyai penyakit yang sama, penyakit keturunan atau riwayat penyakit menular.
j)        Riwayat kebiasaan sehari – hari
(1)   Personal hygiene
Kaji kebiasaan personal hygiene klien meliputi keadaan kulit, rambut, mulut dan gigi, pakaian, kuku, vulva hygiene.
(2)   Pola makan
Kaji pola makan klien meliputi kebiasaan makan klien dalam porsi makan, frekuensi makan, nafsu makan, sumber dan jenis makanan yang di sukai dan makanan yang tidak disukai, alergi makanan, serta kaji kebiasaan minum klien.
(3)   Pola eliminasi
(a)    BAB
Kaji frekuensi, warna, bau, konsistensi, dan keluhan saat BAB.
(b)   BAK
Kaji frekuensi, warna, bau dan keluhan saat berkemih.
(4)   Pola aktifitas dan latihan
Kaji kegiatan dalam pekerjaan dan kegiatan diwaktu luang sebelum dan selama dirawat di rumah sakit.
(5)   Pola tidur dan istirahat
Kaji waktu, lama tidur/ hari, kebiasaan pengantar tidur, kebiasaan saat tidur, dan kesulitan dalam tidur.
k)      Riwayat penggunaan zat
Kaji kebiasaan dan lama penggunaan rokok, minuman alkohol, dan obat – obatan.
l)        Riwayat sosial ekonomi
Kaji pendapatan perbulan, hubungan sosial, dan hubungan dalam keluarga.
m)    Riwayat psiko sosial dan spiritual
(1)   Psikososial
Respon klien terhadap penyakit yang diderita saat ini, dan mekanisme koping klien.
(2)   Spiritual
Kaji kegiatan keagamaan klien yang sering dilakukan di rumah dan di rumah sakit.
3)      Pemeriksaan Fisik
Kaji keadaan umum, kesadaran, berat badan atau tinggi badan dan tanda – tanda vital.
a)      Kepala
Kaji adanya keluhan pusing atau sakit kepala, warna rambut, keadaan, distribusi rambut, dan kebersihan rambut.
b)      Mata
Kaji kesimetrisan mata, warna konjungtiva, sklera, kornea, dan fungsi penglihatan.
c)      Hidung
Kaji kesimetrisan, keadaan kehersihan hidung, dan fungsi penciuman.
d)     Mulut
Kaji kelembaban mukosa mulut dan bibir, keadaan gigi, fungsi pengecapan, keadaan mulut dan fungsi menelan.
e)      Telinga
Kaji adanya kelainan bentuk, keadaan, dan fungsi pendengaran.
f)       Leher
Kaji adakah pembekakan, pembesaran kelenjar tiroid, distensi vena jugularis, pebesaran kelenjar getah bening.
g)      Daerah dada
Kaji adanya keluhan sesak nafas, bentuk, nyeri dada, auskultasi suara jantung, bunyi jantung, frekuensi nadi, dan tekanan darah.
h)      Abdomen
Kaji adanya massa pada abdomen, distensi, bising usus, bekas luka, nyeri tekan, karakteristik nyeri, kondisi hepar dan kandung kemih.
i)        Genitalia Eksterna
Kaji adanya pengeluaran sekret dan perdarahan, warna, bau, keluhan gatal dan  kebersihan.
j)        Anus
Kaji adanya keluhan konstipasi, dan inspeksi adanya hemoroid eksterna.
k)      Ektremitas
Kaji kekuatan otot, varises, kontraktur pada persendian, refleks - refleks, dan kesulitan pergerakan.
4)      Pemeriksaan Penunjang
Pre operasi : Kaji hemoglobin, Pembekuan darah dan USG

b.      Analisa Data
Analisa data adalah mengkaitkan data, menghubungkan data dengan konsep, teori dan kenyataan yang relevan untuk membuat kesimpulan dalarn menentukan masalah keperawatan klien.
2.      Diagnosa Keperawatan
Pernyataan yang jelas tentang masalah klien dan penyebab. Selain itu harus spesifik berfokus pada kebutuhan klien dengan mengutamakan prioritas dan diagnosa yang muncul harus dapat diatasi dengan tindakan keperawatan.
Menurut Doengoes (2000) diagnosa yang mungkin muncul adalah :
1)      Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d adanya massa intra abdomen, perjalanan proses penyakit.
2)      Gangguan rasa aman : cemas b.d krisis situasi, acaman pada konsep diri, transmisi atau kontak interpersonal kebutuhan tidak terpenuhi.
3)      Resti kekurangan cairan b.d adanya perdarahan intra peritonial.
4)      Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d tidak mengenal / kurang informasi.
5)      Perubahan eliminasi b.d penekanan jaringan usus.
Menurut Tarwoto, dkk (2008) diagnose keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan Anemia adalah :
1)      Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat.
2)      Gangguan perfusi jaringan tubuh b.d tidak adekuatnya sirkulasi darah.
3)      Intoleransi aktifitas b.d penurunan kardiak output sekunder penurunan sirkulasi darah.
4)      Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang penatalaksanaan anemia.

3.      Rencana keperawatan
Perencanaan  keperawatan adalah menyusun rencana tindakan keperawatan yang dilaksanakan untuk menanggulangi masalah dengan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien.
Menurut Doengoes, alih bahasa Ester (2000) adalah :
1)      Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan adanya massa.
Tujuan : rasa nyaman terpenuhi dan tidak terasa nyeri
Kriteria  :
a)      Mengungkapkan berkurangnya nyeri.
b)      Tampak rileks, mampu tidur/istirahat dengan tepat.
Intervensi Keperawatan
No.
Intervensi
Rasional
1.




2.




3.



4.





5.


6.


7.



8.


9.
Tentukan riwayat nyeri, mis., lokasi nyeri, frekuensi, durasi, dan intensitas (skala 0-10), dan tindakan penghilangan yang digunakan.
Evaluasi/sadari terapi tertentu mis., pembedahan, radiasi, kemoterapi, bioterpi. Ajarkan pasien atau orang terdekat apa yang diharapkan.
Berikan tindakan kenyamanan dasar (mis., reposisi, gosokan punggung) dan aktifitas hiburan (mis., musik, televisi).
Dorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri (mis., teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi), tertawa, musik, dan sentuhan terpeutik.
Evaluasi penghilangan nyeri / kontrol. Nilai aturan pengobatan bila perlu.
Kembangkan rencana manajemen nyeri dengan pasien dan dokter.
Berikan analgesik sesuai indikasi.


Anjurkan penggunaan kontrasepsi oral. (Olds. Selly B., dkk, 2004)
Lakukan observasi selama sebulan atau dua bulan. (Olds. Selly B., dkk, 2004)
Informasi memberikan data dassar untuk mengevaluasi kebutuhan/efektifitas intervensi.


Pada banyak klien, nyeri dapat menyebabkan gelisah serta dapat meningkatkan TD dan nadi.


Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian.

Memungkinkan pasien untuk berpartisipasi secara aktif dan meningkatkan rasa kontrol.



Tujuannya adalah kontrol nyeri maksimum dengan pengaruh minimum pada AKS.
Rencana terorganisasi mengembangkan kesempatan untuk kontrol nyeri.
Saat perubahan penyakit / pengobatan terjadi, penilaian dosis dan pemberian akan diperlukan.
Kontrasepsi oral dapat menghambat pertumbuhan sel kanker.
Kista akan ruptur atas diri mereka sendiri dan tak berbahaya, Tindakan laparatomi bertujuan untuk pengangkatan massa pada ovarium yang tidak ruptur dan dengan pertumbuhan cepat.

2)      Gangguan rasa aman : cemas berhubungan dengan ancaman pada konsep diri, kebutuhan tidak terpenuhi.
Tujuan : Rasa aman klien terpenuhi : cemas hilang
Kriteria :
a)      Mengungkapkan kesadaran akan perasaan
b)      Kelihatan rilek, dapat tidur/istirahat dengan benar
Intervensi dan rasional
No.
Intervensi
Rasional
1.



2.

3.




4.
Kaji tingkat kecemasan klien dan sumber masalah.


Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan.
Bantu klien atau pasangan dalam mengidentifikasi mekanisme koping yang lazim dan berkembang strategi koping baru jika dubutuhkan.
Berikan informasi yang akurat tentang keadaan klien.

Untuk mengetahui tingkat kecemasan ringan, sedang atau berat sehingga memudahkan untuk menentukan intervensi.
Klien akan merasa lega setelah mengungkapkan perasaan.
Membantu memfasilitasi adaptisi yang positip terhadap peran baru : mengurangi perasaan ansietas.

Khayalan yang disebabkan oleh kurangnya informasi atau kesalah fahaman dapat meningkatkan tingkat kecemasan.
3)      Resti kekurangan cairan b.d adanya perdarahan intra peritonial
Tujuan : Kebutuhan cairan klien dapat terpenuhi
Kriteria  : Menunjukan keseimbangan cairan yang dibuktikan dengan TTV klien stabil, mukosa lembab, dan turgor kulit baik.
Intervensi dan Rasional
No.
Intervensi
Rasional
1.




2.




3.



4.



Awasi tanda – tanda Vital




Catat respon fisiologis individual pasien terhadap perdarahan. Mis., ansietas, pucat, berkeringat, takipnea, peningkatan suhu.
Berikan cairan/darah sesuai indikasi.


Awasi pemeriksaan laboratorium mis.,: Hb/Ht, jumlah sel darah merah (SDM).
Perubahan Td dan nadi dapat digunakan untuk perkiraan kasar kehilangan darah. Hipotensi postural menunjukan penurunan volume sirkulasi.
Memburuknya gejala dapat menunjukan berlajutnya perdarahan atau tidak adekuatnya penggantian cairan.

Penggantian cairan tergantung pada derajat hipovolemia dan lamanya perdarahan (akut atau kronis).
Alat untuk menentukan kebutuhan penggantian darah dan mengawassi keefektifan terapi.
Menurut Tarwoto, dkk (2008) rencana asuhan keperawatan pada klien dengan Anemia adalah :
1)      Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat.
Tujuan : kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi
Kriteria :
a)      Nafsu makan meningkat
b)      Pola makan yang adekuat
c)      Berat badan normal
d)     Hb normal
Intervensi dan rasional
No
Intervensi
Rasional
1.

2.

3.


4.




5.

6.

7.

8.



9.
10.

11.



12.
13.

14.

Kaji kebiasaan makan pasien.

Kaji kembali penyebab gangguan kebutuhan nutrisi.
Timbang berat badan setiap 3 hari jika kondisi pasien memungkinkan.
Identifikasi makanan kesuaan pasien dan berikan makanan kesukaannya selama tidak bertentangan dengan program diet.
Berikan makanan dalam keadaan hangat, bersih.
Bantu pasien makan jika tidak mampu melakukannya sendiri.
Observasi tekanan darah, nadi setiap 4 jam.
Observasi secara rutin setiap hari tanda – tanda kekurangan nutrisi : kojungtiva, sclera, tonus otot, LLA.
Catat intake makanan pasien.
Monitor Hb Albumin dengan kolaborasi medis.
Laksanakan program pengobatan seperti pemberian vitamin, obat anti emetic, obat peningkatan nafsu makan.
Lakukan oral hygine.
Kolaborasi dalam pemasangan NGT.
Berikan pendidikan kesehatan tentang anemia, diet.
Kebiasaan makan pasien menentukan asupan makanan pasien.
Validasi data untuk menentukan intervensi lebih lanjut.
Berat badan sebagai salah satu indikator gangguan nutrisi.

Meningkatkan nafsu makan dan meningkatkan asupan makanan.



Meningkatkan nafsu makan.

Memenuhi kebutuhan nutrisi.

Tekanan darah yang rendah salah satu indikator kekurangan nutrisi.
Menentukan perkembangan status nutrisi.


Menilai kebutuhan nutrisi pasien.
Menentukan perkembangan status pasien.
Meningkatkan asupan makanan pasien.


Meningkatkan nafsu makan.
Meningkatkan intake makanan.

Meningkatkan pengetahuan.

2)   Gangguan perfusi jaringan tubuh b.d tidak adekuatnya sirkulasi darah.
Tujuan : menunjukan perfusi jaringan yang adekuat
Kriteria :
a)      Nyeri kepala berkurang atau hilang
b)      Tekanan darah dan nadi normal
c)      Ekstremitas hangat.



Intervensi dan Rasional
No
Intervensi
Rasional
1.

2.


3.


4.


5.


6.

7.

8.

9.

10

11.

12.



Kaji kembali tanda – tanda perfusi jaringan tubuh.
Observasi keadaan kulit : suhu, turgor, kelembaban setiap hari.
Catat intake nutrisi.


Ukur tanda vital setiap 8 jam : tekanan darah, pernafasan, nadi dan suhu.
Kaji dan observasi jalan nafas pasien.

Observasi capilary refill pasien setiap 8 jam.
Atur posisi pasien dengan semifowler.
Berikan oksigen sesuai program.
Observasi darah lengkap dan Hb.
Lakukan latihan ekstremitas sesuai kemampuan
Kolaborasi dalam pemberian transfusi darah.
Kaji fungsi pernafasan dan kardiovaskular dengan kolaborasi tim medis.
Data dasar untuk menentukan perkembangan status pasien
Merupakan indiukasi gangguan perfusi jaringan.

Adekuatnya nutrisi akan meningkatkan nilai Hb dan eritrosit.
Gangguan perfusi biasanya didapatkan penurunan tekanan darah, peningkatan pernafasan.
Jalan nafas yang efektif mempermudah masuknya oksigen kedalam paru – paru.
Pengisian kapiler menentukan efektif tidaknya perfusi jaringan.
Meningkatkan keefektifan pernafasan.
Meningkatkan suplai oksigen.

Hb berfungsi mengangkut oksigen keseluruh jaringan.
Meningkatkan sirkulasi darah.

Meningkatkan eritrosit dan Hb.

Fungsi pernafasan dan kardiovaskuler merupakan organ yang penting dalam pengangkutan oksigen.

3)        Intoleransi aktivitas b.d penurunan kardiak output sekunder penurunan sirkulasi darah.
Tujuan : Klien mampu melakukan aktivitas
Kriteria :
a)      Sesak nafas berkurang
b)      Ekstremitas kuat
c)      Turgor kulit normal
Intervensi dan Rasional
No.
Intervensi
Rasional
1.


2.


3.


4.

5.

6.

Jelaskan tentang intoleransi aktifitas yang terjadi dan tanda – tandanya.
Kaji kemampuan aktivitas pasien, lakukan istirahat secara berkala.
Ukur tekanan darah pernafasan dan nadi sebelum dan sesudah aktifitas.
Berikan diet tinggi kalori, tinggi protein.
Monitor hemoglobin dan hemotokrit.
Kolaborasi dalam pemberian transfusi darah.
Pasien memahami keadaannya sehingga lebih kooperatif dalam perawatan.
Istirahat mengurangi beban kerja jantung.

Memonitor komplikasi selama aktifitas.

Meningkatkan kadar haemoglobin.

Salah satu indikator sirkulasi darah.

Meningkatkan Hb dan sirkulasi darah.

4)      Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang penatalaksanaan anemia.
Tujuan : Pengetahuan klien meningkat
Kriteria :
a)      Klien mengerti tentang penatalaksanaan anemia.
b)      Pasien kooperatif
Intervensi dan Rasional
No.
Intevensi
Rasional
1.

2.

3.


4.

5.
Kaji ulang pengetahuan pasien tentang anemia.
Jelaskan tentang anemia dan penatalaksanaanya.
Berikan kesempatan pada pasien untuk menanyakan hal – hal yang tidak jelas.
Berikan respon positif terhadap reaksi pasien.
Berikan pujian jika pasien merespon positif.
Data dasar dalam perencanaan.

Meningkatkan pengetahuan pasien tentang anemia.
Meningkatkan pemahaman pasien.


Pesien merasa dihargai.

Meningkatkan harga diri pasien.

4.      Implementasi
Pelaksanaan pada klien kista ovarium dilaksanakan sesuai perencanaan perawatan yang meliputi tindakan-tindakan yang telah direncanakan oleh perawat maupun hasil kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya serta memperhatikan kondisi dan keadaan klien.

5.      Evaluasi
Evaluasi dilakukan setelah memberikan tindakan perawatan dengan melihat respon klien, mengacu pada kriteria evaluasi, tahap ini merupakan proses yang menetukan sejauh mana tujuan telah tercapai.


BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A.    Tinjauan Kasus
1.      Pengakajian
a.      Identitas Klien dan Penanggung Jawab
Ny. M (44th) yang beragama islam dengan suku bangsa Danai (Sumatra Barat) berpendidikan terakhir SD, klien bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga. Klien tinggal di Jl. Pahlawan No. 62 Rt/Rw 10/16 Kel. Duren Jaya Bekasi Timur. Klien dirawat di Ruang Dahlia pada tanggal 20 Juli 2011 sampai 25 Juli 2011, dan dikaji pada tanggal 21 Juli 2011 dengan diagnosa Kista Ovarium dan Anemia.
Tn. A (51th) adalah suami klien dengan asal suku yang sama dan berpendidikan SD,  klien bekerja sebagai karyawan swasta. Tn. A tinggal dalam satu rumah di Jl. Pahlawan No. 62 Rt/Rw 10/16 Kel. Duren Jaya Bekasi Timur. Penghasilan suami klien perbulan adalah ± Rp. 500.000,-
b.      Status Kesehatan
1)      Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan nyeri perut dirasakan sekitar 2 minggu yang lalu, sejak itu klien memeriksakannya ke dokter, dan dianjurkan dirawat di RSUD Kota Bekasi. Pada saat pengkajian didapatkan data bahwa klien menderita kista ovarium.
2)      Riwayat menstruasi

38
 
Klien menstruasi pertama berusia 15 tahun, menstruasi klien tidak teratur dan disertai nyeri, banyak haid : klien 3X mengganti pembalut setiap hari.

3)      Penyakit yang pernah dialami
Klien mengatakan 1 tahun yang lalu klien pernah mengalami penyakit yang sama yaitu kista ovarium, dan klien menanganinya dengan operasi laparatomi pada tanggal 28 Januari 2010.
4)      Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan klien, tidak memiliki penyakit menular dan keturunan dari pihak keluarga seperti TBC, jantung, hepatitis B, hipertensi dan diabetes militus.
5)      Riwayat Keluarga Berencana
Klien mengatakan tidak pernah mengikuti program KB.
6)      Riwayat Pernikahan
Klien menikah saat berusia 19 tahun dan suami berusia 26 tahun, klien sudah menikah selama 25 tahun.
7)      Riwayat seksual
Klien melakukan hubungan seksual sejak menikah pada usia 19 tahun. Kehidupan seksual klien teratur dengan frekuensi 2 x 1 minggu tanpa keluhan yang dirasakan klien.
8)      Riwayat penggunaan zat
Klien tidak pernah merokok, meminum minuman keras dan mengkonsumsi obat – obatan.


9)      Riwayat Obstetri
No.
Hidup / Mati
Jenis Persalinan
Penolong
Tahun
BB
PB
Keadaan
Masalah
Keadaan anak
1
Hidup
Normal
Bidan
1988
2400

Baik


2
Hidup
Normal
Bidan
1990
2900

Baik


3
Hidup
Normal
Bidan
1994
3200

Baik


4
Hidup
Normal
Bidan
1996
3500

Baik


5
Hidup
Normal
Bidan
2001


Baik


Data Status Keperawatan Klien Ny. M di Ruang Dahlia RSUD Kota Bekasi
10)  Data sosial dan spiritual
a)      Pola fikir dan persepsi
Klien mengatakan BAB-nya berdarah, dan menanyakan “apakah ada hubungan BAB-nya yang berdarah dengan penyakit kistanya?” Klien tampak bertanya dan ingin tahu tentang penyakitnya, dengan serius klien memegang tangan perawat dan mengerutkan dahi saat bertanya.
b)      Persepsi diri
Hal yang difikirkan klien saat ini adalah penyakit kistanya yang muncul untuk kedua kalinya, klien menanyakan juga apa mungkin dapat dioperasi lagi dengan tenggang waktu hanya 1 tahun, sementara ini klien dalam keadaan anemia dan akan melakukan pemeriksaan kista lebih lanjut setelah anemianya teratasi.
c)      Konsep diri
-          Body Image : klien tidak malu terhadap perubahan tubuhnya
-          Peran : klien sebagai istri dan ibu dari 5 orang anak
-          Ideal diri : klien ingin menjadi ibu yang sehat untuk anaknya
-          Identitas diri : klien adalah seorang ibu rumah tangga
-          Harga diri : klien merasa cemas dengan penyakitnya
d)     Hubungan / komunikasi
Klien berbicara jelas, berbahasa indonesia, relevan, mampu mengekspresikan, dan mampu mengerti orang lain. Klien tinggal satu rumah dengan suami dan anak – anaknya. Suami klien memegang peranan penting dalam keluarga. Motivasi dari suami adalah dukungan moril dan materi. Tidak ada kesulitan klien dalam keluarga.
e)      Sistem nilai kepercayaan
Klien sering melakukan sholat 5 waktu di rumah, saat ini klien dan keluarga sering berdo’a untuk kesembuhan Ny. M.
11)  Pola aktifitas sehari – hari

Sebelum masuk RS
Selama dirawat di RS
a. Personal Hygiene
Klien biasa mandi 2x / hari, keramas 3x / minggu, menggosok gigi setiap mandi, mengganti pakaian 2x / hari dan menggunting kukunya 1x / minggu.
Selama dirawat di RS, klien belum pernah mandi, menggosok gigi, keramas, dan gunting kuku.
b. Nutrisi
Klien biasa makan nasi 3x / hari, dengan porsi sedang karena  tidak memiliki pantangan makanan. Klien biasa minum 1500 ml / hari.
Semenjak dirawat, nafsu makan klien berkurang. Klien makan nasi 3x / hari ¼ porsi, klien lebih menyukai mengemil dari pada makan nasi, dan minum ±600ml/hari
c. Pola eliminasi
BAB klien biasa 1 x / hari dengan kontensitas lembek, Klien BAK 4 – 5 x / hari.
Sejak di RS klien belum BAB, sering terasa sulit untuk mengedan karena mules yang berlebih dan terkeluar darah secara menetes.
d.                  Pola istirahat
Klien biasa tidur malam selama 7 – 8 jam / hari dari jam 21.00 – 05.00 WIB. Klien mengatakan jarang tidur siang, minimal ½ - 1 jam / hari karena merasa sakit di area perutnya.
Selama di RS klien tidak dapat beristirahat baik siang maupun malam jika merasakan nyeri pada perutnya.
e.       Pemeriksaan (Data Obyektif)
1)      Kesadaran             : Compos Mentis (CM)
2)      TTV           :
-          Nadi     : 84 X / menit
-          Suhu    : 36,20C
-          Pernafasan : 20 X / menit
-          Tensi darah: 140 / 90
3)      Kepala : Kepala tampak simetris, rambut klien bersih, klien mengatakan sering pusing jika terbangun terlalu cepat.
4)      Mata : konjunctiva anemis, penglihatan klien masih nampak jelas.
5)      Telinga : Telinga klien tampak kotor pada sebelah kiri, pendengaran masih jelas.
6)      Hidung : Hidung klien bersih dan simetris, klien memiliki penciuman yang normal.
7)      Mulut : Mukosa bibir lembab, gigi terdapat karies & kotor. Ompong pada gigi taring kanan sebanyak 2 – 3 buah.
8)      Leher : tidak ada pembengkakan & pembesaran kelenjar tiroid.
9)      Thorax : Simetris, suara nafas vesikuler, irama jantung reguler.
10)  Abdomen : Bentuk asimetris, terdapat benjolan di abdomen dekstra, nyeri tekan pada abdomen kanan bawah, BU 5x / menit. Kandung kemih tidak teraba.
11)  Genital luar : Tidak ada varises, tidak ada odema, tidak ada kista, terdapat pengeluaran pervaginam dengan warna merah terang seperti ada gumpalan, bau sedikit amis, banyaknya darah 2 – 3x mengganti celana dalam.
12)  Ekstremitas : Tangan kanan & kiri berkuku panjang karena 1 minggu ini klien tidak memotong kuku. Terpasang infus (transfusi darah) untuk menambah Hb dengan kolf ke-3.
13)  Kulit : Warna kulit tidak ada kehitaman turgor kulit elastis, seluruh tubuh lengket karena klien belum mandi.

14)  Data penunjang
a)      Laboratorium Tanggal : 18 Juli 2011
Hematologi
Hasil
Satuan
Rujukan
Leukosit
Hb
Ht
Trombosit
9.6
6.6
19.3
436
ribu / µl
g/ dl
%
ribu / µl
5 ~ 10
12 ~ 14
37 ~ 47
150 ~ 400
b)      Laboratorium Tanggal : 23  – Juli 2011
Hematologi
Hasil
Satuan
Rujukan
Leukosit
Hb
Ht
Trombosit
5.6
8.3
23.4
377
ribu / µl
g/ dl
%
ribu / µl
5 ~ 10
12 ~ 14
37 ~ 47
150 ~ 400
c)      USG sedang direncanakan
15)  Therapy pengobatan
Tramadol 2x1amp via drip, Transfusi Hb darah 3 kolf sejak hari pertama perawatan. Pada hari jum’at klien mendapatkan transfusi Hb kembali sebanyak 2 kolf.
f.       Analisa Data
No.
Data Fokus
Etiologi
Masalah
1.
Ds : Klien mengatakan nyeri pada area perut bawah, menjalar sampai ke punggung seperti melilit – lilit, dirasakan selama ±4 jam secara terus – menerus dengan skala 10 (sakit sekali) klien biasa mengatasinya dengan mengelus – elus bokongnya.
Do :
-          Klien tampak meringis saat nyeri kambuh
-          Klien tampak mengelus – elus bagian bokong
-          Terdapat masa pada perut bagian bawah
-          Terdapat nyeri tekan pada area kanan bawah
-          Bentuk abdomen asimetris (benjolan di area kanan bawah.

Cistoma Ovarii
 
.



















Rangsang reseptor nyeri
 










Nyeri
 














Gg. Rasa nyaman : nyeri
2.
Ds : Klien mengatakan tidak ingin memakan nasi karena klien merasa begah di perutnya. Jika klien makan hanya mau memakan lauknya dan mengemil makanan.
Do :
-          Porsi makan klien utuh dan hanya habis lauknya saja
-          Klien tampak tidak bersemangat saat makan
-          BU 5X/mnt
-          Konjungtiva anemis
-          HB klien 6,6 g/dl












Massa di rongga pelvis
 







Perubahan Gastro intestinal
 





Kista Ovarium
 









Tidak nafsu makan
 

Intake tidak adekuat
 

Gg. Kebutuhan nutrisi
Gg. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3.
Ds :
-          Klien mengatakan nyeri saat BAB dan sering berdarah
-          Klien menanyakan “apakah ada hubungannya BAB berdarah dengan kista?”
Do :
-          Klien BAB 1x /hari, berdarah dengan konsistensi lembek
-          BU 5X/mnt

Folikel an ovulasi
 




Massa pada abdomen











Rektum & KK tertekan
 







Kesulitan defekasi eliminasi
Gg. Eliminasi
4.
Ds : Klien menanyakan “adakah pengaruh kista terhadap BAB-nya yang berdarah?”
Do :
-          Klien tampak bertanya
-          Klien tampak ingin tahu tentang penyakitnya
-          Klien tampak menatap serius dan memegang tangan perawat saat bertanya
-          Klien tampak mengerutkan dahi
Kurang terpaparnya informasi

Ketidaktahuan pasien tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
 

Kurang pengetahuan

Kurang Pengetahuan
5.
Ds : Klien mengatakan belum mandi
Do :
-          Klien tampak kotor
-          Badan klien lengket
-          Kuku klien kotor dan panjang
-          Gigi klien kotor
-          Klien terpasang transfusi Hb kolf 3
Kista Ovarium
 

Penumpukan cairan dalam ovarium
 

Reseptor nyeri




Nyeri dipersepsikan

Gangguan pemenuhan ADL
Gangguan pemenuhan ADL
6.
Ds :
-          Klien mengatakan Nyeri saat BAB dan berdarah hingga menetes
-          Klien mengatakan terjadi dismenore, dan haidnya tidak teratur.


Do :
-          Terdapat pengeluaran pervaginam dengan warna merah terang seperti ada gumpalan
-          Bau darah sedikit amis, banyaknya darah 2 – 3 x/ hari mengganti celana dalam
-          Tidak ada hemoroid eksterna
-          HB 6,6 g/dl
-          Terpasang transfusi darah
Kista Ovarium




Adanya perdarahan pervaginam




Kehilangan vol cairan tubuh




Gg. Vol. Cairan kurang dari kebutuhan tubuh
Gg. Volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh
2.      Diagnosa Keperawatan :
1.        Gg. Rasa nyaman nyeri b. D adanya masa di perut bawah
2.        Gg. Vol. Cairan kurang dari kebutuhan tubuh b.d adanya perdarahan
3.        Gg. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake tidak adekuat
4.        Gg. Pola eliminasi b.d kurangnya asupan serat
5.        Kurang pengetahuan b.d kurang terpaparnya informasi
6.        Gangguan pemenuhan ADL b.d adanya nyeri akibat desakan massa


3.      Text Box: 50Rencana asuhan keperawatan
No.
Dx. Kep.
Tujuan & K. H
Intervensi
Rasional
1.
Gg. Rasa nyaman : nyeri b.d adanya masa di perut bawah.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan nyeri klien berkurang dengan kriteria hasil :
- Klien mengatakan nyerinya berkurang
-Skala nyeri (0-2)
-          -Klien tampak tenang
-          -Tidak ada nyeri tekan pada perut bagian bawah
-          Kaji tingkat dan intensitas nyeri.

-          Atur posisi senyaman mungkin.

-          Ajarkan dan anjurkan teknik relaksasi.
-          Kolaborasi : Berikan analgetik  : Tramadol 2x1amp.
-          Beritahukan tindakan operasi jika Hb ± 10 g/dl
-          Mengidentifikasi lingkup masalah dan untuk menindaklanjuti intervensi.
-          Menurunkan tingkat ketegangan pada daerah nyeri.
-          Merelaksasi otot – otot  tubuh.

-          Analgetik berfungsi untuk menghilangkan rasa nyeri.
-          Tindakan operasi dilakukan untuk mengangkat kista ovarium dengan catatan Hb memenuhi standar.
2.
Gg. Vol. Cairan kurang dari kebutuhan tubuh b.d adanya perdarahan
Text Box: 51
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan kebutuhan cairan klien dapat terpenuhi dengan kriteria hasil :
-          TTV klien stabil
-          Membran mukosa lembab
-          Turgor kulit baik
-          Konjunctiva tidak anemis
-          Awasi tanda – tanda Vital




-          Catat respon fisiologis individual pasien terhadap perdarahan. Mis., ansietas, pucat, berkeringat, takipnea, peningkatan suhu.
-        Berikan transfusi darah hingga mencapai Hb ±10 g/dl

-          Awasi pemeriksaan laboratorium mis.,: Hb/Ht, jumlah sel darah merah (SDM).
-          Perubahan Td dan nadi dapat digunakan untuk perkiraan kasar kehilangan darah. Hipotensi postural menunjukan penurunan volume sirkulasi.
-          Memburuknya gejala dapat menunjukan berlajutnya perdarahan atau tidak adekuatnya penggantian cairan.

-          Penggantian cairan tergantung pada derajat hipovolemia dan lamanya perdarahan (akut atau kronis).
-          Alat untuk menentukan kebutuhan penggantian darah dan mengawassi keefektifan terapi.
3.
Gg. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake Text Box: 52tidak adekuat
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi dengan kriteria hasil :
-          Klien dapat menghabiskan porsi makannya
-          Klien bertambah nafsu makannya
-          Hb klien normal
Normal Hb : 12-16 g/dl
-          Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang tidak disukai.
-          Observasi dan catat makanan asupan klien.
-          Timbang BB setiap hari.

-          Berikan makanan sedikit tapi sering.

-          Observasi adanya mual muntah.

-          Berikan dan bantu higiene mulut yang baik.
-          Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diit.
-          Pantau hasil pemeriksaan lab.

-          Mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi.
-          Mengawasi masukan kalori/ kualitas kekurangan konsumsi makanan.
-          Memantau penurunan BB atau efektivitas intervensi nutrisi.
-          Menurunkan kelemahan meningkatkan pemasukan dan mencegah distensi gaster.
-          Gejala GI dapat menunjukan efek anemia (hipoksia) pada organ.
-          Meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral.
-          Membantu rencana diit untuk memenuhi kebutuhan individual.
-          Mengetahui peningkatan efektifitas pengobatan.


Text Box: 534.
Gg. Pola eliminasi b.d kurangnya asupan serat.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan pola eliminasi klien lancar dengan kriteria hasil :
-          Klien mengatakan tidak nyeri saat BAB
-          Tidak ada darah saat BAB
-          Observasi warna dan jumlah feses, frekuensi BAB.
-          Auskultasi bising usus.


-          Awasi intake output.

-          Dorong masukan cairan 2500 – 3000 ml / hari dalam toleransi jantung.
-          Hindari makanan yang membentuk gas.
-          Kolaborasi ahli gizi untuk pemberian diit seimbang dengan tinggi serat.
-          Membantu mengidentifikasi faktor pemberat dan interfensi yang tepat.
-          Bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada konstifasi.
-          Mengidentifikasi dehidrasi dan defisiensi diit.
-          Membantu memperbaiki konsistensi feses jika konstifasi.

-          Menurunkan distres gastrik & distensi abdomen.
-          Serat menahan enzim pencernaan & mengabsorpsi air dalam aliran sepanjang traktus intestinal.

Text Box: 545.
Kurang pengetahuan b.d kurang terpaparnya informasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x30 menit, diharapkan pengetahuan klien bertambah dengan kriteria hasil :
-     Klien mampu menyebutkan kembali pengertian dan cara perawatan kista ovarium dan anemia.
-     Klien mampu mengetahui pengertian dan penyebab penyakitnya.
-          Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakitnya.
-          Jelaskan tentang penyakit dan prosedur penatalaksanaan yang ingin klien ketahui.
-          Anjurkan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya kepada orang terdekat.
-          Mengidentifikasi sejauh mana pengetahuan klien.
-          Menambah pengetahuan klien sehingga dapat mengurangi rasa takut dan kecemasan.
-          Mengurangi kecemasan.
6.
Gangguan Pemenuhan ADL b.d adanya nyeri akibat desakan Text Box: 55massa.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan aktifitas klien dapat mandiri dengan kriteria hasil :
-          - Klien dapat melakukan aktifitas dengan baik
-          - Klien tampak rapi
-          - Klien dapat mandi dan merapikan diri sendiri
-          - TTV normal : Td : 120 / 80
Nd : 80 – 100
S : 36,5 – 37,5
P : 16 – 24
-          Awasi tekanan darah, nadi, pernafasan selama dan sesudah aktifitas, catat respon terhadap tingkat aktifitas.
-          Kaji kemampuan klien untuk melakukan aktifitas.
-          Peningkatan aktifitas secara bertahap, biarkan klien berpartisipasi dalam perawatan diri.
-          Bantu klien dalam beraktifitas yang tidak dapat ia lakukan sendiri bila perlu. Seperti mandi, dan mengganti pakaian.
-          Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah O2 adekuat ke jaringan.
-          Mempengaruhi pemilihan intervensi.

-          Ketidakaktifan klien terdapat pada tonus otot & struktur sendi.


-          Membantu memenuhan ADL klien


4.      Implementasi dan catatan perkembangan
a)      Implementasi hari Kamis / 21/7/2011
No
Hari / Waktu
Implementasi
Paraf
1.
Kamis / 21/7/2011
08.25
Mengajarkan dan menganjurkan klien teknik relaksasi tarik nafas dalam.
Rs : klien mengatakan bisa melakukan teknik relaksasi tarik nafas dalam, dan sering melakukannya.
Ro : klien dapat melakukan teknik relaksasi nafas dalam dengan baik.



Ersa
6.
09.15
Memfasilitasi klien alat mandi
Rs : klien mengatakan segar setelah mandi.
Ro : klien tampak bersih dan segar.


Ersa
2.
10.05
Mengganti set transfusi dengan RL 500 ml dan tramadol 1amp via drip
Rs : klien mengatakan masih nyeri
Ro : analgetik masuk via drip sedikit terhambat karena infusan sering macet.




Ersa
2.
10.20
Membetulkan set infus
Rs : Klien mengatakan nyeri
Ro : Klien tampak meringis
Infusan tampak menetes lancar 18 tpm



Ersa
Catatan Perkembangan hari kamis 21/Juli/2011
No
Waktu
Evaluasi
Paraf
1.
14.05
S : klien mengatakan nyeri sedikit berkurang
O : klien tampak tenang
A : masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan dengan :
-          Anjurkan teknik relaksasi
-          Terapi tramadol 2x1amp



Ersa
2.
14.10
S : klien mengatakan lemas
O : klien tampak lemah, konjunctiva anemis
A : masalah belum teratasi
P : Intervensi lanjutkan dengan
-          Cek pemeriksaan hemoglobin


Ersa

3.

S : klien mengatakan tidak nafsu makan
O : makan klien habis ½ porsi
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan dengan
-          Anjurkan makan dengan porsi sedikit tapi sering
-          Pantau hasil pemeriksaan laboratorium.




Ersa
4.

S : klien mengatakan mengedan keras jika ingin BAB, dan keluar darah.
O : klien tampak meringis
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi dengan
Dorong masukan cairan 2500 – 3000 ml/hari



Ersa
5.

S : klien mengatakan ingin mengeteahui tentang penyakit klien
O : klien tampak bertanya
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi dengan
Jelaskan tentang peyakit dan prosedur yang ingin klien ketahui.



Ersa
6.

S : klien mengatakan kuat untuk beraktifitas
O : klien tampak bersih dan rapi, kuku klien belum dipotong (masih panjang).
A : masalah belum teratasi
P : Anjurkan dan fasilitasi klien untuk memotong kuku.


Ersa
b)     Implementasi keperawatan hari Jum’at / 22/7/2011
No
Hari / Waktu
Implementasi
Paraf
2.



Jum’at / 22/7/2011
07.15

Memantau TTV
Rs : klien mengatakan lebih tenang
Ro : Td => 150/100
N => 84 X/menit
S => 37,20C
P => 24 X/menit



Ersa
3.
08.05
Memberi nutrisi pada klien
Rs : klien mengatakan nafsu makan sedikit bertambah
Ro : klien menghabiskan ¾ porsi makan



Ersa
6.
08.20
Menggunting kuku klien
Rs : klien mengatakan nyaman
Ro : klien tampak senang
Kuku klien tampak bersih dan rapi


Ersa
5.
08.35
Memberi penkes tentang kista ovarium anemia dan cara penangananya
Rs : klien mengatakan tenang sudah mendapat jawaban dari pertanyaannya dan faham tentang anemia, yaitu Hb-nya kurang dari normal
Ro : klien tampak menjawab pertanyaan dan menjelaskan kembali tentang anemia, tetapi klien tidak dapat menyebutkan 3 dari 5 tanda dan gejala karena klien kesakitan

1.
09.10
Memberikan obat oral asam mefenamat 500 mg
Rs ; klien mengatakan nyeri berkurang
Ro : klien tampak tenang dan dapat berjalan – jalan di kamarnya.


Ersa
2.
09.15
Mengambil sample darah untuk transfusi
Rs : klien mengatakan nyeri pada bekas tusukan jarum
Ro : ada luka tusukan, darah diambil 2cc, Hb sebelumnya 8,3.



Ersa
2.
11.25
Memberi infus RL 500 ml
Rs : klien mengatakan nyeri setelah beberapa kali ditusuk
Ro : klien tampak menunjukan bekas – bekas tusukan di tangannya.
Infus menetes lancar dengan terapi 18 tpm




Ersa
2.
12.15
Memberikan transfusi darah via IV 18 tpm
Rs : klien mengatakan tenang mendapat asupan darah kembali
Ro : klien tampak tenang, tetesan transfusi tampak lancar dengan terapi 18 tpm



Ersa

Catatan perkembangan hari Jum’at / 22/7/2011
No.
Waktu
Evaluasi
Paraf
1.
Jum’at 22/7/2011
14.45
S : klien mengatakan nyeri tidak terlalu sering terasa
R : klien tampak tenang
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan dengan
-          Anjurkan teknik relaksasi jika nyeri terasa lagi
-          Terapi tramadol 2x1amp




Ersa
2.
14.50
S : klien mengatakan masih keluar darah pervaginam
O : klien tampak pucat, konjunctiva anemis,
A : masalah belum teratasi
P : Intervensi lanjutkan dengan :
-       Pemberian transfusi lanjut 2 labu hingga Hb ±10 g/dl
-       Cek laboratorium untuk mengetahui peningkatan Hb setelah transfusi




Ersa
3.
14.52
S : klien mengatakan nafsu makan sedikit bertambah
O : klien makan 1/2 porsi
A : masalah teratasi sebagian
P : lajutkan intervensi


Ersa
4.

S : klien mengatakan belum BAB
O : klien meringis dan mengelus – elus bokongnya
A : masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi dengan :
-         Anjurkan klien mengkonsumsi makanan yang tinggi serat.



Ersa
5.

S : klien mengatakan tenang setelah mengetahui tentang penyakitnya, sehingga klien dapat mempersiapkan tindakan yang akan diberikan oleh dokter
O : klien tampak tenang
A : masalah sudah teratasi
P : intervensi dihentikan



Ersa
6.

S : klien mengatakan nyaman.
O : klien tampak rapi dan bersih, kuku klien tampak bersih dan pendek.
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan


Ersa






c)      Implementasi keperawatan hari Sabtu / 23/7/2011
No
Hari Waktu
Implementasi
Paraf
1.
Sabtu / 23/7/2011
07.28

Menganjurkan teknik relaksasi yang telah diajarkan
Rs : Klien mengatakan masih terasa mules
Ro : Klien tampak meringis dan memegangi pinggangnya.



Ersa
2.
07.35
Mengambil sample darah
Rs : Klien mengatakan nyeri dan berharap Hb-nya kali ini sudah membaik
Ro : Hasil Hb 10,8


Ersa
3.
08.05
Memberi nutrisi pada klien
Rs : klien mengatakan nafsu makan bertambah
Ro : klien menghabiskan 3/4 porsi makan


Ersa
2.
10.40
Mengganti cairan infus kolf II RL 500ml 15 tpm
Rs : klien menanyakan “apakah masih harus tetap masuk cairan infus?”
Ro : klien tampak bertanya
Klien masih mendapat terapi cairan RL untuk faso dilatasi.



Ersa
4.
13.25
Menganjurkan klien mengkonsumsi makanan yang tinggi serat dengan memberikan buah – buahan.
Rs : Klien mengatakan akan banyak memakan buah dan sayur.
Ro : Klien tampak senang dan memakan buah.


Ersa
2.
15.10
Meng – Up infus klien
Rs : klien mengatakan senang infusannya sudah terlepas
Ro : klien tampak senang.


Ersa

Catatan perkembangan hari Sabtu/ 23/7/2011
No.
Waktu
Evaluasi
Paraf
1.
Sabtu/ 23/7/2011
S : klien mengatakan masih mules
O : klien tampak meringis dan memegangi bokong
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi dengan
Anjurkan klien melakukan teknik relaksasi nyeri yang telah diajarkan



Ersa
2.

S : Klien mengatakan pengeluaran darah pervaginam sedikit berkurang.
O : Td : 130/80, nadi : 80x /menit, suhu : 36,80C, RR : 24x /menit., konjunctiva anemis, Hb 10,8 g/dl.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan dengan :
Anjurkan klien mengkonsumsi penambah darahnya setiap hari.



Ersa
3.

S : Klien mengatakan belum ingin makan
O : klien tampak tenang, konjunctiva anemis
A : masalah belum teratasi
P : intervensi lanjutkan :
-          Kolaborasi untuk pemberian diit.



Ersa
4.

S : Klien mengatakan belum BAB
O : Klien tampak mengelus - elus area bokong
A : masalah belum teratasi
P : intervensi lanjutkan dengan :
Anjurkan asupan cairan 2500 – 3000ml /hari.



Ersa

d)     Implementasi keperawatan hari Minggu/ 24/7/2011
No
Hari / Waktu
Implementasi
Paraf
3.
Minggu/24/72011
08.10
Memberikan klien makan pagi
Rs : Klien mengatakan makannya saat ini sedikit dipaksakan
Ro : Klien tampak malas saat makan
Porsi makan klien hanya habis ½ tanpa memakan nasi.


Ersa
3.
08.15
Menganjurkan klien makan dengan porsi sedikit tapi sering
Rs : klien mengatakan tidak ingin memakan nasi
Ro : klien hanya mau memakan lauk dan buahnya saja.


Ersa
1.
08.25
Memberi klien obat oral tramadol 1x 500 mg
Rs : klien mengatakan nyeri sedikit berkurang
Ro : klien tampak tenang



Ersa
2.
10.15
Menganjurkan klien mengkonsumsi penambah darah-nya setiap hari
Rs : Klien mengatakan akan mengkonsumsinya
Ro : Klien meminumnya setelah makan siang.


Ersa

Catatan perkembangan hari Minggu/ 24/7/2011
No
Hari / Waktu
Evaluasi
Paraf
1.
Minggu/24/7/2011
S : Klien mengatakan mulesnya belum hilang
O : Klien tampak meringis saat mules
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi lanjutkan dengan :
-          Lanjutkan terapi obat oral tramadol 2 x 500 mg/hari



Ersa
2.

S : Klien mengatakan tidak ada lagi pengeluaran pervaginam
O : Klien tampak tenang
-          Hb 10,8
-          Konjunctiva anemis
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan dengan :
Kaji TTV setiap hari




Ersa
3.

S : Klien mengatakan sedikit dipaksakan makan nasi
O : Klien tampak malas makan
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi lanjutkan dengan :
-          Berikan makanan yang lebih menarik untuk meningkatkan nafsu makan


Ersa
4.

S : Klien mengatakan sudah BAB, masih disertai darah, dan mules yang terus – terusan
O : Klien tampak mengusap – usap bokongnya
A : Masalah belum teratasi
P  : Intervensi lanjutkan dengan :
Rencanakan tindak lanjut penanganan kista ovarium



Ersa

e)      Implementasi keperawatan hari Senin/ 26/7/2011
No
Hari / Waktu
Implementasi
Paraf
2.






Senin/26/7/2011
08.15






Mengevaluasi TTV klien
Rs : Klien mengatakan nyeri telah berkurang, tidak ada pengeluaran darah
Ro : Klien tampak tenang
Td : 150/100
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36,80C
RR : 24 x/menit




Ersa
1.
11.15
Menganjurkan melanjutkan terapi analgetik asam mefenamat 500 mg jika terasa nyeri.
Rs : Klien mengatakan akan memakannya jika terasa nyeri lagi.
Ro : Klien tampak tenang.





Ersa
3.
11.20
Menganjurkan klien makan dengan porsi sedikit tapi sering di rumah
Rs : klien mengatakan akan melaksanakan saran suster
Ro : klien tampak senang



Ersa
4.
11.25
Berkolaborasi dengan dokter dalam pengarahan klien untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Rs : Klien mengatakan mengerti
Ro : Klien tampak tenang dan bersemangat.




Ersa

Catatan perkembangan hari Senin 25/7/2011
No.
Waktu
Evaluasi
Paraf
1



Senin 25/7/2011
S : klien mengatakan faham nyeri mulesnya belum hilang karena belum diangkat kistanya
O : klien selalu meringis jika klien kesakitan
A : masalah belum teratasi
P : Anjurkan klien melakukan teknik relaksasi dan distraksi yang telah diajarkan untuk menangani nyeri sementara sebelum klien operasi.






Ersa
2.

S : klien mengatakan tidak ada lagi pengeluaran darah pervaginam seperti biasa
O : klien tampak tenang, konjunctiva anemis, Hb 10,8 g/dl
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi dengan :
-       Anjurkan klien mengkonsumsi sayuran dan buah yang banyak mengandung zat besi.




Ersa
3.

S : Klien mengatakan bega untuk makan
O : Porsi makan klien utuh, klien tidak mau makan
A : Masalah belum teratasi
P : Anjurkan klien makan dengan porsi sedikit tapi sering di rumah.





Ersa
4.

S : Klien mengatakan mengerti tentang pengarahan klien untuk pemeriksaan lebih lanjut.
O : Klien tampak tenang dan bersemangat.
A : Masalah belum teratasi
P : Klien melanjutkan pemeriksaannya ke rumah sakit rujukan.





Ersa

B.     PEMBAHASAN
Asuhan Keperawatan pada Ny. M dengan kista ovarium dan anemia di ruang Dahlia Rumah Sakit Umum Daerah Bekasi pada tanggal 21 – 25 Juli 2011. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan penulis menemukan beberapa kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan serta beberapa hal yang sifatnya mendukung dan menghambat kelancaran proses asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, penentuan diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluaasi.
1.      Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Pada saat pengumpulan data, penulis tidak menemukan banyak kendala karena Ny. M dan keluarga sangat kooperatif yang ditunjang dengan terbinanya kepercayaan antara penulis dengan Ny. M beserta keluarga. Ny. M juga memberikan informasi yang lengkap dan jelas sesuai dengan pertanyaan yang diajukan penulis.

Pada saat pengkajian didapatkan data hasil : Nadi : 84x /menit, Suhu : 36,20C, Pernafasan : 20x /menit, Tensi darah: 140 / 90, konjunctiva anemis, klien sering merasa pusing, gigi terdapat karies & kotor, terdapat pembesaran kelenjar tiroid pada leher, BU 5x /menit, terdapat pengeluaran darah pervaginam, bentuk abdomen asimetris, terdapat benjolan di abdomen dekstra, klien mengeluh nyeri pada perut bagian bawah, nyeri dirasakan klien seperti melilit – lilit, panas pada bokong selama ±4jam secara terus menerus dengan skala ±10 (sakit sekali), klien mengatasinya dengan mengelus – elus bokongnya.
2.      Diagnosa keperawatan
Menurut Doengoes (2000) diagnosa yang mungkin muncul adalah :
a.       Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d adanya massa intra abdomen.
b.      Gangguan rasa aman : cemas b.d krisis situasi, acaman pada konsep diri, transmisi atau kontak interpersonal kebutuhan tidak terpenuhi.
c.       Resti kekurangan cairan b.d adanya perdarahan intra peritonial.
d.      Perubahan pola eliminasi b.d penekanan jaringan usus.
e.       Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d tidak mengenal / kurang informasi.
Menurut Tarwoto, dkk (2008) diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan Anemia adalah :
a.       Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat.
b.      Gangguan perfusi jaringan tubuh b.d tidak adekuatnya sirkulasi darah.
c.       Intoleransi aktifitas b.d penurunan kardiak output sekunder penurunan sirkulasi darah.
d.      Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang penatalaksanaan anemia.
Sedangkan masalah – masalah keperawatan yang muncul pada klien Ny. M pada saat melakukan asuhan keperawatan antara lain :
a.       Gg. Rasa nyaman nyeri b. D adanya masa di perut bawah
b.      Gg. Vol. Cairan kurang dari kebutuhan tubuh b.d adanya perdarahan
c.       Gg. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake tidak adekuat
d.      Gg. Pola eliminasi b.d metastase jaringan sekitar ke rektum
e.       Kurang pengetahuan b.d kurang terpaparnya informasi
f.       Gangguan pemenuhan ADL b.d adanya nyeri akibat desakan massa.
Ada beberapa hal yang menyebabkan kesenjangan antara teori dengan asuhan keperawatan pada Ny. M antara lain :
a.       Gangguan perfusi jaringan yang terjadi pada Ny. M diakibatkan adanya gangguan volume cairan dan nutrisi yang mengakibatkan tidak adekuatnya sirkulasi darah dalam jaringan tersebut, maka dari itu penanganan gangguan perfusi jaringan sudah tertangani dalam diagnosa lain seperti gangguan volume cairan dan gangguan nutrisi, maka dari itu penulis tidak menggandakan tindakan yang ada untuk menambah diagnosa.
b.      Pada teori terjadi intoleransi aktifitas akibat penurunan kardiak output sekunder penurunan sirkulasi darah tidak terjadi pada Ny. M disebabkan Ny. M lebih dapat beraktifitas secara mandiri. Ny. M memiliki diagnosa keperawatan gangguan pemenuhan ADL karena klien membutuhkan sedikit motivasi untuk memenuhi ADL-nya yang disebabkan adanya nyeri akibat desakan massa pada ovariumnya.
c.       Pada teori terdapat resiko tinggi kekurangan volume cairan, tetapi pada Ny. M kekurangan volume cairan sudah terjadi maka penulis mengangkat diagnosa gangguan volume cairan karena terdapat tanda – tanda perdarahan pada eliminasi dengan Hb 6,6 g/dl, dinyatakan dalam materi bahwa manifestasi klinis anemia  tergantung dari kecepatan kehilangan darah terjadi apabila Hb antara 6 – 10 g/dl diantaranya dyspnea (kesulitan bernafas, nafas pendek), palpitasi, keringat banyak, keletihan.
d.      Gangguan eliminasi pada teori disebabkan oleh adanya metastase kista ke jaringan sekitar, tetapi pada Ny. M terjadi gangguan eliminasi yang disebabkan oleh kurangnya asupan serat dikarenakan klien tidak memiliki data pemeriksaan USG dan didukung dengan kurangnya asupan nutrisi /serat.
3.      Perencanaan
Pada umumnya rencana tindakan yang ada di landasan teori digunakan untuk intervensi di dalam kasus.
Tetapi disini penulis sedikit memodifikasi perencanaan dari yang di anjurkan dalam teori. Penulis menggabungkan beberapa tindakan yang disesuaikan dengan kondisi klien dengan mengacu kepada beberapa teori. Hal tersebut merupakan salah satu faktor pendukung dalam pembuatan perencanaan.
Selain itu terdapat faktor pendukung lainya diantaranya penulis mendapat bimbingan selama pendidikan dengan merencanakan asuhan keperawatan yang disesuaikan dengan kondisi klien.
Pada tahap ini penulis menyusun rencana yang disesuaikan dengan masalah – masalah yang muncul, seperti kemampuan klien, situasi, kondisi, serta sarana dan prasarana yang telah dipersiapkan dari pihak akademik dan ruang Dahlia RSUD Kota Bekasi. Adapun rencana tindakan yaitu bimbingan, pemberian informasi dan latihan – latihan yang memandirikan klien serta perawatan yang sifatnya dependen dan kolaborasi untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhannya.
Faktor yang ditemukan penulis dalam menyusun intervensi adalah kurangnya buku sumber yang menjelaskan secara rinci tentang asuhan keperawatan pre op kista ovarium.

4.      Pelaksanaan
Penulis melakukan asuhan keperawatan di rumah sakit selama 5 hari. Adapun faktor – faktor pendukung dalam pelaksanaan tindakan keperawatan adalah :
a)      Ny. M dan keluarga cukup kooperatif dalam melaksanakan tindakan keperawatan.
b)     Adanya dukungan dari rekan – rekan perawat di ruang dahlia dalam melakukan asuhan keperawatan pada Ny. M.
Adapun hambatan pada saat melakukan tindakan keperawatan pada Ny. M yaitu saat menginfus dan mengambil darah klien, terjadi karena pembuluh darah klien yang halus dan pembekuan darah klien yang terlalu cepat, sehingga pelaksanaan tindakan sedikit terhambat. Maka dari itu penulis mendapat bantuan dari perawat ruangan untuk mengambil sample darah dan menginfus klien, sehingga pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap klien berjalan lancar.
5.      Evaluasi
Pada tahap ini penulis menilai sejauh mana keberhasilan dan perkembangan klien secara formatif setelah dilakukan selama 5 hari sejak tanggal 21 – 25 Juli 2011.
Adapun hasil yang diperoleh adalah :
a.      Gangguan rasa nyaman nyeri klien belum teratasi, klien mengeluh nyeri mulesnya belum hilang karena belum diangkat kistanya, klien selalu meringis jika klien kesakitan.
b.      Gangguan volume cairan teratasi sebagian klien mengatakan tidak ada lagi pengeluaran darah pervagina seperti biasa, klien tampak tenang, konjunctiva masih anemia.
c.      Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi klien mengatakan begah untuk makan, porsi makan klien utuh, klien tidak mau makan
d.     Gangguan pola eliminasi klien belum teratasi klien mengatakan BAB-nya masih berdarah, dan mules yang terus – terusan, klien tampak mengusap – usap bokongnya.
e.      Kurang pengetahuan klien teratasi dimana klien mengatakan tenang setelah mengetahui tentang penyakit dan cara mengatasi nyerinya untuk sementara, sehingga klien dapat mempersiapkan tindakan yang akan diberikan oleh dokter.
f.       Gangguan pemenuhan ADL klien teratasi, penulis melihat klien sudah mandi, tampak bersih dan rapi, kuku klien sudah bersih dan pendek, klien tampak nyaman.












BAB IV
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Asuhan keperawatan pada klien Ny. M dengan diagnosa medis kista ovarium dan anemia dilakukan melalui 5 tahap proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi beradasrkan kriteria hasil yang diharapkan dan didokumentasikan dengan tepat dan benar sesuai dengan keadaan dan kebutuhan klien. Selama melakukan asuhan keperawatan selam 5 hari pada Ny. M maka penulis menyimpulkan bahwa :

Anemia yang terjadi pada Ny. M diakibatkan dari adanya kista ovarium dan pengeluaran darah saat BAB dan pervaginam, hal ini dapat menimbulkan kehilangan darah dan penurunan produksi darah sehingga terjadi penurunan Hb yang menghambat penatalaksanaan kista ovarium itu sendiri. Penatalaksanaan kista ovarium biasanya adalah melalui tindakan bedah, misal laparatomi, kistektomi atau laparatomi salpingooforektomi yang akan dilaksanakan pada Ny. M setelah Hb Ny. M 10 g/dl atau lebih.


75
 
Masalah keperawatan yang timbul berdasarkan hasil pengumpulan data dan pengamatan langsung melalui pemeriksaan fisik yang menyimpang dari nilai normal diantaranya : nyeri, gangguan nutrisi, gangguan volume cairan, gangguan eliminasi, ansietas, dan gangguan pemenuhan ADL. Masalah yang muncul diprioritaskan berdasarkan keadaan yang mengancam klien, dan dibuat perencanaan yang disesuaikan dengan kebutuhan klien dan dilaksanakan selama 5 hari sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.
Secara keseluruhan asuhan keperawatan dapat dievaluasi sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan didokumentasikan secara tepat dan benar dalam status klien sebagai bahan pertanggungjawaban atas tindakan yang telah dilakukan dan karya tulis untuk perkembangan ilmu pengetahuan selanjutnya.

B.     REKOMENDASI
1.      Bagi Mahasiswa
Peningkatan kemampuan dan keterampilan sangat diperlukan dalam mencapai kelancaran pelaksanaan tindakan keperawatan, maka dari itu mahasiswa keperawatan di tuntut untuk lebih berkompeten dalam pendidikan.
2.      Bagi Institusi
Buku – buku asuhan keperawatan obstetri dan ginekologi sangat mendukung mahasiswa dalam meningkatkan ilmu pengetahuan untuk melaksanakan asuhan keperawatan, maka kelengkapan buku di perpustakaan sangat diharapkan.